Risiko Investasi Reksadana


Saya sebenarnya bukan atau lebih tepatnya belum menjadi nasabah reksadana. Semula saya juga berpikir bahwa investasi di reksadana adalah investasi yang aman, tanpa risiko. Ada beberapa teman yang mengajak saya investasi di sana dengan iming-iming katanya investasi reksadana sangat aman. Tetapi dalam beberapa minggu terakhir saya membaca banyak berita tidak sedap seputar reksadana. Ternyata investasi di reksadana juga ada kemungkinan ruginya. Mana informasi yang benar, apakah reksadana sebenarnya berisiko, atau bebas risiko? Untuk orang yang baru ingin belajar seperti saya, apa yang seharusnya dilakukan ?
Salam,-
Maria Purnomo, Mojokerto



Ibu Maria yang baik, memang ada salah kaprah yang cukup meluas menyangkut apa itu reksadana. Bu Maria tidak sendirian. Banyak orang yang juga berpikir bahwa reksadana adalah sarana investasi yang tidak memiliki risiko. Pemahaman yang keliru ini bisa saja terjadi karena informasi tidak lengkap (entah sengaja atau tidak) yang diberikan oleh penjual reksadana.


Yang sebenar-benarnya harus dipahami adalah bahwa setiap investasi selalu berisiko. Jangankan investasi, tabungan atau deposito sekalipun selalu mengandung risiko. Misalnya saja risiko nilai tukar, risiko inflasi, dan risiko tingkat keamanan bank tempat anda menempatkan dana. Hanya saja, kalau dibandingkan dengan investasi saham, obligasi, atau reksadana, maka tabungan dan deposito memang secara relatif lebih aman. Tetapi sekali lagi bukan tanpa risiko.


Mengapa investasi pada reksadana berisiko? Alasannya sederhana, yakni bahwa reksadana sebenarnya investasi yang bersifat paket. Isi paket investasi itu ada banyak, dan tergantung pada manajer investasinya. Ada paket yang berisi obligasi semua. Ada paket yang berisi investasi pasar uang. Ada paket investasi saham. Ada pula paket campuran antara dua atau tiga jenis investasi tadi. Yang terakhir ini pun, paket campuran, ada bermacam-macam. Ada campuran saham dan obligasi, tapi berat di saham. Ada pula sebaliknya, berat di obligasi, atau berat di pasar uang dan sebagainya. Pendek kata para manajer investasi akan membuat paket-paket yang menurut mereka paling sesuai dengan kebutuhan investor.


Anda pasti setuju, kebutuhan utama investor adalah investasi yang aman tetapi untung besar. Tetapi sayangnya hampir tidak ada investasi seperti itu. Yang umum adalah, semakin besar peluang untungnya, semakin besar risikonya, demikian pula sebaliknya.


Dalam dunia investasi tidak langsung (saham, obligasi, pasar uang), memang ada satu “hukum” yang umum berlaku, yaitu menyangkut tingkat-tingkat risiko setiap jenis investasi. Yang umumnya dinilai berisiko paling rendah adalah investasi pada instrumen pendapatan tetap seperti deposito, tabungan dan obligasi. Investasi pada kelompok ini dinilai memberikan hasil yang paling kecil, tetapi pasti. Yang paling kecil biasanya tabungan, disusul deposito, dan paling tinggi adalah obligasi. Tetapi ketiganya masuk dalam kelompok investasi pendapatan tetap.


Kendati untungnya kecil, bukan berarti investasi pada instrumen ini tanpa risiko. Selalu ada risiko di sana. Bisa saja bank tempat anda menabung atau menempatkan deposito kolaps. Bisa saja perusahaan yang menerbitkan obligasi tidak mampu membayar bunga dan utang pokoknya. Kalau ini terjadi, risikonya tidak kalah parah: tabungan atau deposito anda tidak bisa ditarik, atau obligasi anda tidak terbayar. Artinya, investasi anda “jeblok-abis”, hingga mungkin nilainya jauh di bawah nilai awal investai anda, atau bahkan habis sama sekali.


Investasi pada instrumen saham biasanya disebut berpeluang paling besar. Investor bisa berharap mendapatkan penghasilan dari dua sumber: dividen (keuntungan perusahaan) dan perubahan harga saham di pasar. Tetapi pada saat yang sama risikonya juga ganda. Perusahaan bisa merugi, bahkan bangkrut, dan harga saham di pasar juga bisa merosot. Artinya nilai investasi anda pada instrumen ini juga berisiko, bahkan sumber risikonya juga ganda. Sama seperti di atas, anda bukan hanya harus siap untung, tetapi juga harus siap kalau uang yang anda investasikan terus merosot.


Kembali, reksadana adalah sistem investasi secara paket. Dengan sistem itu, diharapkan akan terjadi saling tutup antara investasi-investasi dalam paket itu. Kalau satu saham jeblok, diharapkan yang lain lumayan bagus, yang lain lagi bagus sekali sehingga sebagai paket masih oke. Kalau trend sedang turun, bisa jadi satu saham jeblok sekali, saham lain jeblok tapi tidak seberapa, saham lain lagi masih untung tipis, sehingga secara rata-rata tidak terlalu parah.


Itulah yang terjadi, Bu Maria… isi dari reksadana adalah investasi yang biasa, yaitu investasi-invetasi yang berpeluang menguntungkan, tetapi juga mengandung risiko. Besar keuntungan yang bisa diperoleh biasanya seimbang dengan besar risiko yang mungkin ada. Jadi jangan berpikir bahwa investasi reksadana bebas risiko.

Postingan populer dari blog ini

Panduan Menyimpan Dana di Bank

Menyiasati Penurunan Harga REKSADANA