Dana Darurat PENDIDIKAN


Saya dan suami sedang menghadapi masalah serius, yakni biaya anak sekolah. Anak pertama masuk perguruan tinggi, dan anak kedua masuk SMU. Kami punya tabungan, tetapi pasti tidak cukup untuk biaya keduanya. Kami sedang menimbang-nimbang untuk menjual mobil. Tetapi kalau itu yang kami lakukan, hasil penjualannya “kelebihan”. Dan kami yakin “kelebihan” uang itu pasti perlahan-lahan justru akan berkurang, sehingga sulit untuk dipakai untuk membeli mobil yang lain di kemudian hari. Mohon saran.salam


Marsella, Malang



Ibu Marsella yang sedang gundah. Pada bulan-bulan seperti sekarang ini Ibu Marsella tidak sendirian. Banyak keluarga yang menghadapi persoalan biaya pendirikan untuk putra-putri mereka. Biasanya persoalan pokoknya ada dua. Pertama biaya pendidikan biasanya mengalami peningkatan yang luar biasa cepat sehingga sulit diantisipasi. Kedua, ada persoalan pada proses mempersiapkan biaya pendidikan tersebut. Persoalan bisa jadi karena kesalahan dalam membuat perhitungan, penyisihan bulanan tidak mendukupi, atau memang tidak dibuat perencanaan sama sekali.


Tetapi persoalan bagaimana membuat persiapan adalah persoalan mereka yang masih punya waktu. Persoalan Ibu Marsella dan suami adalah fakta bahwa kebutuhan jangka pendek sangat jelas, tetapi ketersediaan dana tidak mencukupi. Artinya, keuangan keluarga Ibu memang sedang dalam keadaan darurat. Karena itu solusi yang diperlukan adalah solusi tanggap darurat.


Pertanyaan pertama adalah, aset apa saja yang masih bisa didayagunakan untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek tersebut. Ibu mengatakan ada tabungan, yang bisa menutup sebagian kebutuhan tersebut. Di samping itu masih ada aset keras yang bisa diuangkan, yaitu mobil. Apakah ada aset lain yang juga bisa diuangkan? Masih adakah sumber lain yang masih bisa didayagunakan?


Dari penjelasan ibu, mobillah yang paling mungkin diuangkan. Tetapi persoalannya, menurut ibu, harga jual mobil jauh lebih tinggi dibanding kekurangan biaya pendidikan itu. Dan kalau sudah terlanjur dilepas, sulit bagi ibu dan suami untuk mencari gantinya, karena kecenderungan untuk memakai uang tunai yang ada di tangan.


Saya justru mengajukan pertanyaan lain, yakni sejauh mana kebutuhan keluarga akan mobil. Apakah memiliki mobil merupakan keharusan? Apakah tidak bisa dicari substitusinya (angkutan umum, sepeda motor, atau merek mobil yang lebih murah)? Kalau kebutuhan akan mobil memang mendesak, memang perlu dipikirkan ulang untuk menjualnya, karena kebutuhannya memang tidak sampai seharga mobil itu. Apalagi, pada musim pergantian tahun ajaran seperti sekarang, harga mobil memang secara umum turun karena desakan kebutuhan akan dana tunai seperti yang dialami oleh Ibu Marsella. Lebih sulit lagi kalau Ibu ingin membeli lagi, misalnya menjelang Idhul Fitri, harga mobil akan cenderung lebih tinggi dibanding harga normalnya.


Karena itu coba periksa ulang, apakah ada aset lain yang masih bisa diuangkan. Kalau tidak ada lagi, rasanya pilihannya tinggal mencari pinjaman atau menjual mobil. Kalau mencari pinjaman menjadi pilihan, maka perlu dipilih kredit yang syaratnya seringan mungkin. Sejauh ini, dalam budaya kita, pinjaman dengan syarat paling ringan biasanya adalah pinjaman dari keluarga atau kerabat dekat. Kalaupun Ibu berniat untuk membayar bunga, pasti tingkat suku bunganya tidak sebesar bunga kredit bank. Di samping itu, keluarga atau kerabat dekat cenderung lebih percaya, sehingga tidak diperlukan agunan.


Kalau sumber ini sudah tidak memungkinkan, apakah ada peluang untuk mengajukan pinjaman di koperasi karyawan di kantor misalnya? Atau pinjaman dari perusahaan tempat bekerja? Kedua sumber ini biasanya juga masih memberikan syarat yang cenderung lunak. Tetapi kalau pilihan-pilihan ini sudah tidak ada lagi, pilihan lain adalah pinjaman komersial, dalam arti kita harus mengikuti prosedur perbankan yang standard. Ada pilihan kredit tanpa agunan (KTA) di sejumlah bank, tetapi suku bunga yang diminta biasanya tinggi sekali. Tetapi kalau terpaksa sekali, mengapa tidak mengagunkan mobil Ibu untuk mendapatkan pinjaman, misalnya di pegadaian? Pegadaian, terutama pegadaian milik pemerintah, biasanya prosesnya relatif mudah, dan syarat yang diminta, termasuk suku bunga, biasanya cenderung lebih ringan.
Ibu Marsella, selamat menimbang-nimbang pilihan-pilihan yang tersedia di atas.

Postingan populer dari blog ini

Panduan Menyimpan Dana di Bank

Risiko Investasi Reksadana

Menyiasati Penurunan Harga REKSADANA